Sepercik Kebaikan, Sekian Kebahagiaan dalam “The Art of Kindness”

Pada masa Perang Dunia I, Natal tahun 1914, para tentara berhenti untuk mengangkat senjata pada hari itu untuk berbagi hadiah Natal, sajian Natal, dan bermain bola bersama. Kejadian Christmas Truce itu sedikit gambaran bahwa manusia hakikatnya senantiasa menghendaki kebaikan meski hanya sepercik saja di tengah keadaan gelap tanpa harapan.

Kebaikan memudahkan langkah kita, juga menghangatkan sekitar dan sesama. Dengan berbuat baik, kita menyadari, menerima, dan mengakui bahwa dalam hidup ini kita bersama-sama: moving, learning, loving, growing, and feeling together. Berbuat baik membuat hati lapang, menyatukan satu dan lainnya secara positif, dan menghormati diri sendiri serta orang lain.

Buku ini membagi 3 fragmen: kebaikan untuk diri sendiri, kebaikan untuk orang lain, dan kebaikan terhadap alam sekitar. Meski begitu, bukan berarti itu hal yang terpisah. Justru kebaikan pada diri sendiri akan membuat kita mampu menghargai orang lain dan alam sekitar.

Seperti yang dijelaskan penulis ketika membahas “commitment”. Ketika seseorang mengerjakan sesuatu dengan serius dan sepenuh hati, sebenarnya orang tersebut telah menebarkan kebahagiaan dan energi positif pada orang lain. Saya mengenal beberapa kawan yang senantiasa melakukan hal yang disukai atau kewajibannya dengan sepenuh hati. Nyaman sekali dekat dengan mereka. Mereka mampu menghargai diri mereka sendiri dan secara bersamaan menebarkan kebaikan pada orang lain. Tentu saja kebaikan ini akan berdampak besar pada sekitar secara luas.

Empati dibicarakan pada bab kindness to others. Empati membuat kita berpikir beyond ourselves. Oleh karena itu, kita lebih dapat menghargai orang lain. Walaupun menurut saya pribadi, empati itu merupakan kebaikan untuk diri kita sendiri juga karena dengan empati kita lebih bijaksana menghabiskan/menggunakan energi kita ketika memikirkan atau melakukan suatu hal. Bahkan, Lindsay Schneider, NCTE Ambassador mengatakan “empathy is the highest level of critical thinking” (bisa dibaca tulisan Schneider di National Council of Teacher of English, ncte.org).

Membaca buku ini terasa nyaman. Saat santai sambil minum teh atau kopi, buku ini bisa jadi kawan cerita hal-hal kecil yang justru sering mencuri ruang hangat di hati.

Kindness involves being present with gratitude and doing the extra mile to care for ourselves, each other, and our earth. It means being happy for one another in our joys, supporting and comforting one another through our challenges. It includes listening carefully, and choosing patience, respect and forgiveness for both ourselves and others..

Leave a comment